Waktu berjalan
begitu cepat rasanya. Aku masih ingat betul seperti apa raut wajah Mas Yusuf
ketika dia mengetahui keadaan Alifa saat ini.
Dari kantor aku
langsung pergi kerumah sakit untuk menjenguk Alifa. Kondisinya tidak begitu
baik dari waktu aku menjenguknya pertama kali. Tak lama aku disana. Namun kali
ini aku bertemu dengan mertua Alifa dan beberapa anggota keluarganya. Satu
informasi lagi, sampai sekarang belum ada seorang laki-laki pun yang mau
menikahi Alifa. Aku hanya bisa mengelus dada dan berucap dalam hati, kalau saja
mereka tahu siapa yang nantinya hendak menikahi Alifa.
Setelah dari
rumah sakit aku langsung pulang kerumah. Jujur, aku sudah tidak sabar mendengar
jawaban Mas Yusuf. Tapi sampai maghrib menjelang, Mas Yusuf belum juga pulang.
Aku coba menghubunginya lewat hand phone tapi tidak aktif. Mungkin dia pergi
lagi kerumah Bule Rinta, atau mungkin, dia pergi menjenguk Alifa di rumah
sakit? Entahlah, aku sudah mulai cemas.
Tiba-tiba hand
phone-ku berdering. Kulihat satu nomor yang tidak kukenal. Kuangkat.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam.
Apa benar ini Ibu Dinda?" Suara seorang laki-laki tak kukenal menjawab
salamku.
"Iya benar,
saya Dinda. Maaf ini siapa ya?"
"Saya Pak
Azril, petugas kepolisian"
"Petugas
kepolisian?"
"Iya. Saya
ingin memberitahukan bahwa suami ibu yang bernama Yusuf saat ini ada di rumah
sakit..."
"Di rumah
sakit? A, ada apa dengannya Pak?" Tanyaku dengan panik.
"Tadi siang
suami ibu kecelakaan. Motor yang dikendarainya menabrak pembatas jalan dan akhirnya
dia terpental sejauh lima belas meter dari lokasi kejadian. Kondisinya saat ini
sangat kritis dan dia belum sadarkan diri"
Suara petugas
kepolisian itu bagaikan sebuah petir yang menyambar tubuhku. Aku bingung harus
berbuat apa. Setelah polisi itu memberitahukan dimana Mas Yusuf dirawat
sekarang, aku langsung bergegas pergi kesana. Tiba-tiba aku teringat. Mas Yusuf
dirawat di rumah sakit yang sama dengan rumah sakit dimana Alifa dirawat. Apa
mungkin Mas Yusuf berniat menjenguk Alifa disana dan akhirnya dia kecelakaan di
tempat yang tak jauh dari rumah sakit?
Belum sempat aku
menemukan jawaban itu, aku langsung pergi ke Pasar Rebo untuk mengetahui
kondisi Mas Yusuf sekarang. Di dalam taxi aku tak bisa berhenti menangis.
Mungkin supir taxi yang membawaku ke rumah sakit melihatku dengan heraan,
kenapa dari tadi aku menangis? Diapun tak berani menanyakan perihal itu padaku.
Setelah aku
membayar ongkos taxinya aku langsung berlari ke ruang UGD18 untuk mencari
suamiku, Mas Yusuf. Kupandangi semua pasien yang ada di ruang itu, dan...ada.
Di pojok ruangan aku melihat Mas Yusuf tengah terbaring tak berdaya bersama dua
orang polisi yang kini menemaninya. Segera saja aku menghampirinya.
"Permisi
Pak. Saya Dinda, istrinya Yusuf" Ucapku pada dua orang polisi itu.
"Oh, anda
yang bernama Dinda. Silahkan, ini suamimu" Sahut seorang polisi yang
mengenakan jaket tebal dan berkumis. Aku mengangguk pelan dan segera
mengalihkan pandanganku pada Mas Yusuf.
Di keningnya
terdapat perban yang membalut lukanya. Di tangan kanannya pun terdapat sebuah
jarum yang ditusukkan untuk mengaliri cairan infus kedalam tubuhnya. Wajahnya
penuh luka memar. Mungkin saat kecelakaan, wajahnya terhantam benda keras.
"Bagaimana
keadannya Pak?" Tanyaku pada salah satu polisi itu.
"Coba Mbak
tanyakan saja keadaan suami Mbak pada dokter atau suster yang ada disana"
Jawab polisi itu sambil menunjuk kearah seorang dokter dan dua orang
perawatnya.
Aku mengangguk
dan menghampiri dokter itu. Setelah dokter itu memberitahukan kondisi Mas Yusuf
sekarang, aku langsung disuruh mengurus administrasi agar Mas Yusuf bisa segera
dipindahkan ke ruang rawat inap.
Aku menurut
saja.
Karena aku tidak
membawa uang banyak di tas, aku mengambil tabunganku di ATM. Setelah urusan
administrasi selesai, Mas Yusuf segera dipindahkan ke ruang rawat inap kelas
satu. Aku hanya ingin Mas Yusuf mendapat perawatan yang benar-benar intensif
agar dia bisa cepat sembuh.
Air mataku tidak
bisa berhenti sampai Mas Yusuf di pindahkan ke ruang rawat inap. Aku teringat
Alifa. Sebelumnya aku sempat bertanya pada polisi yang tadi menemani Mas Yusuf,
dimana lokasi kecelakaan itu. Dan polisi itu mengatakan bahwa lokasi kejadian
itu tak jauh dari Rumah Sakit Pasar Rebo. Maka dari itu Mas Yusuf dibawa
kesini.
Aku sempat
mengaitkan kejadian itu dengan keadaan Alifa saat ini. Mungkin saja Mas Yusuf
telat pulang kerumah karena hendak menjenguk Alifa. Aku pun menyempatkan diri
menjenguk Alifa yang berada satu lantai dibawah lantai Mas Yusuf dirawat kini.
Kondisinya masih belum menunjukkan perubahan. Sampai sekarang belum ada satu
orang pun yang mau menikahinya. Kalau saja orang tua Alifa tahu siapa yang
sebenarnya hendak menikahi putrinya itu, mereka pasti akan terkejut. Tapi
sayang, kondisi Mas Yusuf pun tak jauh berbeda dengan kondisi Alifa saat ini.
Aku kembali lagi
ke kamar Mas Yusuf. Aku duduk disampingnya sambil memandangi wajahnya yang
pucat. Tanpa terasa air mataku jatuh menetes. Di sela-sela waktu itu aku
teringat, aku belum shalat Isya. Kuputuskan untuk mencari masjid terdekat.
Setelah shalat
Isya, aku berdiam diri sejenak di masjid. Merenungi segala kejadian yang baru
saja aku alami. Tiba-tiba aku teringat, aku belum memberi kabar pada orang tua
dan mertuaku.
Kupencet nomor
telepon orang tuaku dan kuberitahukan keadaan Mas Yusuf saat ini. Mereka
benar-benar tidak menyangka akan hal ini dan mereka berniat menjenguk Mas Yusuf
malam ini juga. Tapi aku bilang bahwa mereka tidak usah menjenguk Mas Yusuf
sekarang karena hari juga sudah larut. Mereka memahami.
Setelah
menghubungi orang tuaku, aku langsung menghubungi mertuaku. Mereka tidak bisa
menahan tangis haru saat aku beri tahu bahwa Mas Yusuf kecelakaan. Sama seperti
orang tuaku, mereka ingin menjenguk Mas Yusuf sekarang tapi aku juga melarang
mereka dengan alasan hari sudah semakin malam. Tapi ibu mertuaku bersi keras
dan ingin tetap menjenguk Mas Yusuf malam ini juga.
Aku tidak bisa
berbuat apa-apa. Aku pun hanya bisa menangis saat ibu mertuaku menyuruhku untuk
tabah. Malam ini adalah malam yang sangat menyedihkan untukku.
Kuputuskan untuk
kembali ke kamar dan menemani Mas Yusuf disana. Aku ingin memberikan seluruh
kasih sayangku padanya sampai dia tahu kalau aku benar-benar mencintainya.Read
More
0 komentar:
Posting Komentar